Thursday, December 23, 2010

SUMBER SEJARAH ZAMAN HINDU-BUDHA-ISLAM DI INDONESIA

1. Prasasti

a. Pengertian

Piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama, menandai akhir dari zaman prasejarah, menuju zaman sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Kata prasasti berasal dari bahasa Sanskerta, arti sebenarnya adalah “pujian”. Namun kemudian dianggap sebagai “piagam, maklumat, surat keputusan, undang-undang atau tulisan”. Di kalangan arkeolog prasasti disebut inskripsi, sementara di kalangan orang awam disebut batu bertulis atau batu bersurat. (Sumber: Http://id.wikipedia.org/wiki/Prasasti)

Sumber berita tertulis yang ditulis pada media-media tertentu (batu, logam, gerabah, ataupun lontar) berisi keputusan / ketetapan raja, pemuka agama, pejabat kehakiman mengenai tanah bebas pajak (sima), keputusan hukum (jayapatra), pemberian upeti, serta aktivitas manusia baik yang baik atau yang buruk, menggunakan bahasa dan huruf yang beragam sesuai dengan zamannya, biasanya ditulis oleh citralekha yang jarang menyebutkan identitasnya, dengan tulisan yang sedikit tetapi analisisnya bisa banyak atau bermacam-macam. (Sumber : Maziyah, Siti. 2006. Sejarah Indonesia dari abad IV sampai XV M. Semarang: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.)

b. Contoh

Sumber utama Kerajaan Kutai ialah tujuh buah batu bertulis yang disebut yupa. Kerajaan Kutai yang berlokasi di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur adalah kerajaan bercorak Hindu pertama di Indonesia. Yupa itu ditulis dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Yupa itu diperkirakan ditulis pada tahun 400 M ( abad ke-5 M ). Isi Yupa adalah

Prasasti yang pertama berbunyi : “Crimatah cri-narendrasya, Kundungasya mahatmanah, Putro cvavarmmo vikhyatah, Vancakartta yathancuman, Tasya putra mahatmanah, Trayas traya ivagnayah, Tesan trayanam pravarah, Tapo-bala-damanvitah, Cri mulavarmma rajendro, Yastpa bahusuvarnnakam, Tasya yajnasya yupo yam, Dvijendrais samprakalpitah.” Artinya: “Sang Maharaja Kudungga, yang amat mulia, mempunyai putra yang mashur, Sang Aswawarman namanya, yang seperti sang Angsuman (dewa matahari) menumbuhkan keluarga yang sangat mulia. Sang Aswawarman mempunyai putra tiga, seperti api (yang suci) tiga. Yang terkemuka dari ketiga putra itu ialah Sang Mulawarman, raja yang berperadaban baik, kuat dan kuasa. Sang Mulawarman telah mengadakan kenduri (selamatan yang dinamakan) emas-amat-banyak. Untuk peringatan kenduri (salamatan) itulah tugu batu ini didirikan oleh para Brahmana.” Dari Prasasti ini diketahui tentang silsilah Kerajaan Kutai, dengan menyebutkan tiga angkatan keluarga, dimulai dari Kudungga yang mempunyai anak bernama Aswawarman, dan Aswawarman mempunyai tiga orang anak, seorang di antaranya adalah bernama Mulawarman. Disebutkan pula pendiri kerajaan atau pembentuk kelurunan (vansakartta/wangsakerta) ialah Aswawarman, bukan Kudungga sebab pada Aswawarman sudah dikenal nama-nama berbau India, sedangkan nama Kudungga sendiri masih tergolong nama asli Indonesia. Penunjukan ini dimungkinkan bahwa pada masa sebelumnya, Kudungga masih dalam bentuk keluarga, sedangkan pada masa Aswawarman sudah mengenal sistem tata pemerintahan termasuk tulisan. Hal ini didasari oleh nama yang digunakan dan adanya sebuah tulisan. Dengan adanya pengaruh India sudah sejak lama maka tidak menutup kemungkinan pada masa Aswawarman pertama kalinya diterapkan sistem pemerintahan kerajaan, dari yang sebelumnya bersifat keluarga saja. 

Prasasti yang kedua berbunyi: “Crimad-viraja-kirtteh Rajnah cri-mulavarmmanah punyam Crnantu vipramukhyah Ye canya sadhavah purusah Bahudana-jivadanam Sakalpavrksam sabhumidanan ca Tesam punyagananam Yupo yam stahipito vipraih.” Artinya: “dengarkanlah oleh kamu sekalian, Brahmana yang terkemuka, dan sekalian orang baik lain-lainya, tentang kebaikan budi Sang Mulawarmman, raja besar yang sangat mulia. Kebaikan budi ini ialah berwujud sedekah banyak sekali, seolah-olah sedekah kehidupan atau semata-mata pohon Kalpa (yang memberi segaa keinginan), dengan sedekah tanah (yang dihadiahkan). Berhubungan dengan semua kebaikan itulah tugu in didirikan oleh para Brahmana (sebagai peringatan).” Menceritakan tentang kebaikan Raja Mulawarman yang tidak pernah berhenti memberikan hadiah kepada orang-orang yang dicintainya. Kebaikan ini merupakan wujud pengabdian seorang pemimpin demi menyejahterakan rakyatnya dari berbagai golongan.

Prasasti yang ketiga berbunyi: “Sri-mulavarmmana rajna Yad dattan tila-patvvatam Sa-dipamalaya sarddham Yupo yam likhitas tayoh.” Artinya: “Tugu ini ditulis untuk (peringatan) dua (perkara) yang telah disedekahkan oleh Sang Raja Mulawarmman, yakni segunung minyak (kental), dengan lampu serta malai bunga.”

Prasasti yang keempat berbunyi: “Srimato nrpamukhyasya Rajnah sri muavarmmanah Danam punyatame ksetre Yad dattam vaprakesvare Dvijatibhyo gnikalpebhyah Vinsatir nggosahasrikam Tasya punyasya yupo yam Krto viprair ihagataih.” Artinya: “Sang Mulawarman, raja yang mulia dan terkemuka, telah memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada para brahmana yang seperti api, (bertempat) di tanah yang sangat suci (bernama) Waprakeswara”. Untuk peringatan akan kebaikan budi yang raja, tugu ini telah dibuat oleh para brahmana yang datang di tempat ini. 

Prasasti yang kelima berbunyi: “Sri-mulavarmma rajendra (h) sama vijitya parttya (van) Karadam nrpatimms cakre yatha raja yudhisthirah Catvarimsat sahasrani sa dadau vapprakesvare Ba trimsat sahasrani punar ddadau Malam sa punar jivadanam pritagvidham Akasadipam dharmmatma parttivendra (h) svake pure mahatmana Yupo yam sth (apito) viprair nnana desad iha (gataih).” Artinya: “Raja Mulawarman yang tersohor telah mengalahkan raja-raja di medan perang, dan menjadikan mereka bawahannya seperti yang dilakukan oleh raja Yudisthira. Di Waprakeswara Raja Mulawarman menghadiahkan (sesuatu) 40 ribu, lalu 30 ribu lagi. Raja yang saleh tersebut juga memberikan Jivadana dan cahaya terang di kotanya. Yupa ini didirikan oleh para Brahmana yang datang ke sini dari berbagai tempat.” (Sumber: agusdarwiyana.blogspot.com/2010/04/yupa-7-batu-bertulis/html via Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 2008. Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2. Jakarta: Balai Pustaka)


2. Berita Asing

a. Pengertian

Sebuah catatan perjalanan dari para pelancong bangsa asing (di dominasi oleh bangsa Cina) yang ditulis selama masa persinggahan di Indonesia dengan berbagai macam tujuan (berdagang, menunggu arah pergantian angin, belajar agama), berisi tentang keadaan masyarakat di daerah tersebut sesuai dengan kenyataan yang ada, namun terkadang masalah-masalah sepele pun juga ikut ditulis sebagai sebuah berita. (Sumber : Maziyah, Siti. 2006. Sejarah Indonesia dari abad IV sampai XV M. Semarang: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.)

b. Contoh

Berita dari Cina Zaman Dinasti Tang, berita dari Cina tersebut menyebutkan adanya Kerajaan To-lo-mo (Tarumanegara) mengirimkan utusan ke Cina pada tahun 528, 538, 665, dan 666 M. Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Tarumanegara yang diduga terletak di Bogor, Jawa Barat merupakan kerajaan Hindu tertua kedua di Indonesia. (Sumber: Listiyani, Dwi Ari. 2009. Sejarah 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Balai Pustaka)

Berita asing pada tahun 1292 dari Marco Polo (Italia) adalah orang Eropa pertama yang menginjakkan kaki di Indonesia ketika kembali dari Cina untuk menuju Eropa melalui jalan laut. Ketika ia singgah di Perlak (Perueula) penduduknya telah memeluk agama Islam dan telah terdapat kerajaan bercorak Islam, yakni Kerajaan Samudra Pasai. (Sumber: Listiyani, Dwi Ari. 2009. Sejarah 2 : Untuk SMA/MA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Balai Pustaka)


3. Susastra / Kitab Sastra

a. Pengertian

Hasil tulisan yang indah, ditulis oleh para pujangga untuk mengagungkan atau memuja raja (raja puja), terkadang bisa dianggap benda regalia / benda pusaka (benda yang dapat menimbulkan kekuatan magis bagi pemiliknya) isinya terkadang bukan berita sesungguhnya serta biasanya di tembangkan / dinyanyikan. (Sumber : Maziyah, Siti. 2006. Sejarah Indonesia dari abad IV sampai XV M. Semarang: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.)

b. Contoh

Kakawin Negarakertagama, karangan Empu Prapanca tahun 1365, merupakan sastra zaman Majapahit awal, pertama kali ditemukan kembali pada tahun 1894 oleh J.L.A. Brandes , seorang ilmuwan Belanda yang mengiringi ekspedisi KNIL di Lombok. Ia menyelamatkan isi perpustakaan Raja Lombok di Cakranagara sebelum istana tersebut dibakar oleh tentara KNIL. Isinya tentang keadaan di kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, sebagian besar teks menceritakan perjalanan Hayam Wuruk ke daerah Lumajang, Blambangan, dan Singosari . Di samping itu ada juga deskripsi tentang ibukota Majapahit. Kematian Patih Gajah Mada juga ditulis dalam kitab ini. Bagian terpenting teks ini tentu saja menguraikan daerah-daerah kerajaan Majapahit yang harus menyerahkan upeti. (Sumber: Http://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Negarakertagama)

Babad Tanah Jawi isinya tentang silsilah raja-raja cikal bakal kerajaan Mataram, yang unik dalam kitab ini adalah penulis memberikan istilah-istilah sampai nabi Adam dan nabi-nabi lainnya sebagai nenek moyang raja-raja Hindu di Jawa sampai Kerajaan Mataram Islam. Silsilah raja-raja Pajajaran, Majapahit, Demak, Pajang dan Mataram pada pertengahan abad ke-18 ada semua di dalam kitab ini. Menurut ahli sejarah Hoesein Djajadiningrat, pengarang buku ini ada dua kelompok. Pertama, babad yang ditulis oleh Carik Braja atas perintah Sunan Paku Buwono III, tulisan inilah yang diedarkan untuk umum pada tahun 1788. Sementara kelompok kedua yang ditulis oleh P. Adilangu II merupakan naskah tertua tahun 1722. Perbedaan keduanya terletak pada penceritaan sejarah Jawa Kuno sebelum munculnya cikal bakal kerajaan Mataram. Kelompok pertama hanya menceritakan riwayat Mataram secara ringkas, berupa silsilah dilengkapi sedikit keterangan. (Sumber: Http://id.wikipedia.org/wiki/Babad_Tanah_Jawi)


4. Artefak

a. Pengertian


Semua benda yang dibuat atau dimodifikasi oleh manusia yang dapat dipindahkan. Contoh: alat-alat batu, logam dan tulang, gerabah, prasasti lempeng dan kertas, senjata-senjata logam (anak panah, mata panah, dll), terracotta dan tanduk binatang. Artefak dalam arkeologi mengandung pengertian benda (atau bahan alam) yang jelas dibuat oleh (tangan) manusia atau jelas menampakkan adanya jejak-jejak buatan manusia padanya (bukan benda alamiah semata) melalui teknologi pengurangan maupun teknologi penambahan pada benda alam tersebut. Ciri penting artefak adalah benda ini dapat bergerak atau dapat dipindahkan oleh tangan manusia dengan mudah (relatif) tanpa merusak atau menghancurkan bentuknya. (Sumber: Http://id.wikipedia.org/wiki/Artefak)

Hasil-hasil budaya masyarakat sezaman atau monumen hasil budaya yang dapat dilihat secara fisik, tidak bisa berdiri sendiri atau dapat dikatakan sebagai pelengkap, bisa mudah dipindah-pindah (moveable) atau tetap diam ditempat dan tidak bisa dibawa kemana-mana (insitu). (Sumber : Maziyah, Siti. 2006. Sejarah Indonesia dari abad IV sampai XV M. Semarang: Jurusan Sejarah Fakultas Sastra Universitas Diponegoro.)

b. Contoh

Candi Borobudur didirikan oleh raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya Pramudawardhani. Pembangunan Candi Borobudur diperkirakan memakan waktu lebih dari setengah abad. Candi untuk penganut Buddha Mahayana ini yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Tempat ini dahulunya digunakan sebagi tempat pemujaan, kemungkinan juga untuk memuliakan leluhur wangsa Syailendra. (Sumber: Http://id.wikipedia.org/wiki/Candi_Borobudur)

Mesjid Agung Demak didirikan oleh Wali Songo sekitar abad ke-15. Mesjid ini menjadi pusat aktivitas agama Islam pada zaman itu. Di tempat ini dulunya digunakan para wali untuk beribadah, berdiskusi, dan mengajarkan pokok-pokok kehidupan Islam serta menyebarkan agama Islam sampai ke luar Pulau Jawa. Terletak di Desa Kauman, Demak, Jawa Tengah. (Sumber: Http://id.wikipedia.org/wiki/Mesjid_Agung_Demak)